Sabtu, 06 Desember 2008

Tarot Reading Part 1: Forming Question

Setelah anda punya bayangan mengenai arti dari masing-masing kartu (meskipun tidak perlu sampai dihafal banget, yang penting mengerti aja gambarannya), sekarang kita mulai dengan membaca tarot secara realnya.

Untuk langkah awal, gw saranin untuk memulai menanyakan diri sendiri terlebih dahulu. Ini juga merupakan salah satu tahap dalam membangun rasa percaya diri anda sebelum mulai membacakan untuk orang lain.

Tentu saja dalam membaca tarot, hal yang perlu dilakukan terlebih dahulu adalah bertanya bukan? Dalam pertanyaan pun sebetulnya tidak ada aturan khusus; apalagi yang mengikat. Namun ada satu saran dari gw yang mungkin bisa anda pertimbangkan:

Jangan mengajukan pertanyaan yes/no question

Kok bisa tidak dianjurin? Daripada gw jelasinnya ribet, mending pake contoh aja yah.

Pengalaman gw (dan juga pengalaman para pro umumnya di Indonesia), dalam hal jodoh, penanya selalu bertanya yang ga jauh-jauh dari…

“Ni orang jodoh gw ato bukan?”

Nah, kalo pertanyaannya kayak begitu, tentu saja anda sebagai pembaca tarot perlu mengeluarkan tenaga psikis anda dan berbagai ‘ilmu’ anda untuk menjawab pertanyaan tersebut. Dan supaya hasilnya akurat, anda betul-betul perlu menjadi peramal bukan?

Ingat! Anda sebagai pembaca tarot hanyalah membantu penanya dalam hal nasihat-nasihat yang membangun dan memotivasi. Anda bukan peramal dan anda bukanlah Tuhan yang tahu akan masa depan.

Alasan kedua adalah, apapun jawaban anda nantinya ( “iya itu jodoh anda” atau “itu bukan jodoh anda”), justru akan memberi pengaruh ke alam bawah sadar penanya yang buruk. Mengapa bisa begitu?

Bila anda menjawab “Iya itu jodoh anda.”, maka kedepannya si penanya akan cenderung bermalas-malasan alias nyantai dan tidak menggarap hubungan penanya dengan pasangan menjadi lebih baik. Padahal dalam berelasi dan berkomitmen (nantinya), dibutuhkan usaha terus-menerus dan berkelanjutan bukan? Apa jadinya bila hubungan tersebut mala tidak digarap? Bisa-bisa penanya dan pasangannya mala berakhir putus. Dengan demikian, hasil ‘ramalan’ anda tidak terbukti. Sudah dosa karena melangkahi Tuhan, mala dosa juga karena turut berperan dalam putusnya hubungan seseorang. Dari situ saja sudah ada 2 dosa yang harus anda pertanggung jawabkan nantinya.

Bila anda menjawab “Itu bukan jodoh anda”, maka kedepannya si penanya akan cenderung bermalas-malasan (juga). Karena apa? Karena penanya, meskipun terlihat tidak percaya akan perkataan anda sekalipun, alam bawah sadarnya sudah tertanam kalau pasangan penanya bukan jodohnya. Jadi untuk apa diteruskan bila penanya sudah tahu itu bukan jodohnya? Sekali lagi, anda sudah berdosa karena melangkahi Tuhan, dan turut berperan dalam membuat hubungan seseorang menjadi tidak harmonis lagi.

Jadi, bagaimana membentuk pertanyaan yang baik untuk anda (dan juga bagi penanya)? Berikut beberapa tips dari gw:
1. Buat pertanyaan yang membutuhkan aksi dari penanya
2. Buat pertanyaan yang memotivasi penanya agar aktif
3. Buat pertanyaan yang membuat penanya tahu faktor-faktor disekeliling penanya yang menyebabkan terjadinya masalah tersebut.

Jadi, ketimbang pertanyaan:

“Ni orang jodoh gw ato bukan?”

Bimbinglah anda sendiri (atau penanya) untuk membuat pertanyaan seperti:

“Apa yang harus saya lakukan supaya saya dapat membahagiakan pasangan saya?”

Atau bila hubungan si penanya dengan pasangannya sedang diujung tanduk, pertanyaannya dapat dirubah menjadi:

“Apa yang harus saya lakukan untuk kebaikan pasangan saya (dan diri saya sendiri)?

Apa pengaruhnya dengan pertanyaan seperti diatas? Penanya akan dibimbing pola pikirnya untuk mencintai pasangan secara tulus dan mengusahakan yang terbaik dengan memprioritaskan orang lain terlebih dahulu. Dan gw yakin banget, apapun agama dan kepercayaan anda, pasti diajarkan mengenai pengorbanan untuk sesuatu yang lebih baik bukan? Menurut gw, salah satu contoh pengaplikasian ajaran kepercayaan anda kedalam tarot, adalah dengan membimbing penanya (dan anda sendiri) untuk memprioritaskan orang lain (berkorban) ketimbag diri anda sendiri.

Alasan lainnya adalah, pertanyaan seperti itu menuntut penanya untuk mengambil tindakan, dan bukan menunggu. Dengan kata lain, supaya prediksi anda berjalan, maka penanya harus mengambil tindakan. Ujung-ujungnya, memang jalan hidup di tangan Tuhan dan bergantung kepada setiap keputusan (dan perbuatan) penanya. Dengan pertanyaan seperti itu juga, dalam bacaan tarot (nantinya) akan ketahuan, faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya problem penanya, dan faktor mana saja yang perlu diperbaiki.

Biasanya, 90% dari masalah yang ditanyakan oleh penanya, sebenarnya timbul dari diri penanya sendiri. That’s why pada akhirnya, setelah sesi pembacaan tarot, penanya selalu dhadapi pilihan untuk membenahi diri agar menjadi lebih baik, atau tetap seperti biasanya dan situasi yang dialami penanya tidak berubah.

Back to the topic; setelah anda menyusun pertanyaan untuk diri anda sendiri, mulailah anda mengocok deck tarot anda secara tertutup sambil berkonsentrasi kepada pertanyaan tersebut, dan tariklah satu kartu dari mana saja (boleh paling atas, paling bawah, atau ditengah-tengah, sesuai perkataan hati anda). Lihat kartu tersebut, dan renungkan apa yang muncul dalam benak dan hati anda. Berlatihla seperti itu selama beberapa hari untuk diri anda sendiri. Dan semakin hari, anda akan semakin mengerti mengenai apa yang harus anda bicarakan ke orang lain (penanya) nantinya.

Contoh:

Saya bertanya kepada diri saya sendiri…

Potensi apa yang terdapat dalam diri saya?

Saya mengocok kartu sambil berkonsentrasi terhadap pertanyaan tersebut, menarik 1 kartu, dan ternyata kartu itu adalah…

0: THE FOOL

Interpretasi saya adalah bahwa saya memiliki potensi yang bagaikan kertas putih. Saya adalah orang yang sebenarnya serba bisa karena potensi saya masih belum digali. Oleh karena itu, saya masih perlu banyak belajar mengenai apa yang saya ingin pelajari. Karena apapun yang saya pelajari, asalkan saya mau fokus dan konsisten, saya akan dapat menguasai dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan rata2 orang kebanyakan.

Tidak ada komentar: